Sabtu, 30 Januari 2010

manajemen penjaminan mutu

Modul
Manajemen Penjaminan Mutu
Modul ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengelolaan Pendidikan
Dosen: Dr. Eka Prihatin, M.Pd





Oleh:
Muthmainnah (0809264)



JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2009
PENDAHULUAN

 Latar belakang
Kualitas telah menjadi isu kritis dalam persaingan modern dewasa ini. Oleh karenanya tidak mengeherankan jika pada saat ini berbagai perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas produknya, hal ini juga terjadi dalam dunia pendidikan. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini pendidikan dituntut untuk lebih professional dalam menyediakan layanan pendidikan.
Mungkin dalam benak siswa timbul pertanyaan mengapa pendidikan harus bermutu? Pendidikan harus bermutu karena saat ini dunia pendidikan pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Adapun contoh tantangan dari dalam negeri seperti: tantangan-tantangan yang terjadi akibat ketidakstabilan ekonomi & politik, kondisi keamanan yang yang belum terjamin serta pergeseran nilai social budaya yang mengalami pergeseran akibat pengaruh globalisasi. Sedangkan tantangan dari luar negeri (internasional) berkaitan dengan kesiapan SDM bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Oleh sebab itu, pendidikan harus bermutu agar bangsa kita bias maju.
Berkaitan dengan mutu tersebut kita acapkali dikecewakan oleh tingkah produsen yang sering kali mengurangi kualitas produk/ layananya padahal produk tersebut sudah mendapat tempat di hati konsumen. Untuk lebih jelas perhatikan ilustrasi berikut:
Bu Siti : kok sekarang martabak bu iyem tidak seenak dulu ya bu?
Bu Susi: iya ya bu,, sekarang mah rasanya tidak selegit dulu,, udah gitu u uda gitu ukurannya jadi tambah kecil pula.
Bu Siti: Kenapa yah? Padahal namanya udah tenar,, tapi kok kualitasnya ga dijaga gitu sih?
Berdasarkan penggalan drama diatas kita dapat mengetahui bahwa adakalanya produsen tidak bias menjaga kualitas produknya. Hal ini terjadi karena tidak adanya manajemen penjaminan mutu dalam perusahaan tersebut. Disinilah pentingnya manajemen penjaminan mutu yakni sebagai acuan standard kualitas. Tentunya kejadian dalam penggalan drama diatas tidak boleh terjadi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, system manajemen penjaminan mutu harus diterapkan dalam dunia pendidikan sehingga kualitas lulusannya (output/ keluaran) terjamin.
 Tujuan Penyusunan Modul
Modul ini disusun untuk:
1. mengetahui tujuan dari penjaminan mutu
2. mengetahui konsep penjaminan mutu, strateginya, dan juga pelaksanaannya dalam pendidikan
 Rumusan masalah
Modul ini berisi tentang konsep dasar mengenai penjaminan mutu pendidikan mencakup: Definisi Penjaminan Mutu, Konsep Penjaminan Mutu, Standar Penjaminan Mutu Dalam Pendidikan, Tujuan Penjaminan Mutu, Proses Penjaminan Mutu, Tahapan-tahapan dalam Proses Penjaminan Mutu, Manajemen Kendali Mutu, Strategi Penjaminan Mutu, Strategi Menciptakan Lembaga Pendidikan Yang Memiliki Superior Performance, dan Pelaksanaan Penjaminan Mutu
 Pembatasan masalah
Dalam modul ini hal-hal yang akan dibahas hanyalah hal-hal yang berkaitan dengan penjaminan mutu secara umum. Hal ini dikarenakan luasnya ruang lingkup penjaminan mutu dan kompleksitasnya hal-hal yang berkenaan dengan penjaminan mutu. Oleh karena itu permasalahan khusu dalam ruang lingkup penjaminan mutu lainnya tidak akan dibahas.
 Metode penulisan
Penyusunan modul ini menggunakan metode study pustaka dari berbagai sumber.













KAJIAN TEORI: PENJAMINAN MUTU/KUALITAS
(QUALITY ASSURANCE)


1. Definisi Penjaminan Mutu
Definisi Penjaminan kualitas menurut Elliot (1993) adalah seluruh rencana dan tindakan sistematis yang penting untuk menyediakan kepercayaan yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Dimana kebutuhan tersebut merupakan refleksi dari kebutuhan pelanggan. Penjaminan kualitas biasanya membutuhkan evaluasi secara terus-menerus dan biasanya digunakan sebagai alat bagi manajemen. Sedangkan menurut Gryna (1988), penjaminan kualitas merupakan kegiatan untuk memberikan bukti-bukti untuk membangun kepercayaan bahwa kualitas dapat berfungsi secara efektif (Pike dan Barnes, 1996).
Sementara itu Cartin (1999:312) memberikan definisi penjaminan kualitas sebagai berikut : Quality Assurance is all planned and systematic activities implemented within the the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality.
Jadi, Secara umum dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan dan percaya dengan kualitas produk yang ditawarkan.
Dengan demikian, penjaminan mutu pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis sehingga stakeholders memperoleh kepuasan.

2. Konsep Penjaminan Mutu
Suatu lembaga pendidikan dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila :
1) lembaga pendidikan tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif)
2) lembaga pendidikan tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholder (aspek induktif) berupa:
a. kebutuhan kemasyarakatan (societal needs);
b. kebutuhan dunia kerja (industrial needs);
c. kebutuhan profesional (professional needs).
Dengan demikian lembaga pendidikan harus mampu merencanakan, menjalankan, dan mengendalikan suatu proses yang menjamin pencapaian mutu sebagaimana diuraikan di atas agar bisa bersaing di era global dan bisa mendapatkan superior performance.
Adapun pentingnya penjaminan mutu bagi pendidikan dalam konteks persaingan global dapat digambarkan sebagai berikut:

















Berdasarkan bagan diatas, untuk mencapai Superior Performance perguruan tinggi harus mampu memadukan kemampuan manajemen, kemampuan teknologi dan modal/capital (dalam hal ini sarana dan prasarana) yang dimiliki agar mampu bersaing (competitive) dalam pasar bebas (global market) dimana dalam pasar bebas tersebut lembaga pendidikan harus memperhatikan permintaan akan kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda (Customer Requirement Diversity). Agar dapat memenangkan pasar bebas tersebut lembaga pendidikan harus memiliki keinginan yang kuat/ keyakinan bisa memenangi persaingan (Willingness), yang dibarengi dengan kemampuan yang mumpuni (Competence), serta senantiasa waspada (Awareness) terhadap perubahan-perubahan situasi yang mungkin berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan di lembaga pendidikan. Adapun untuk menjaga keajegan dari superior performance tersebut dibutuhkan manajemen penjaminan mutu agar kualitas layanan pendidikan tidak menurun.

3. Standar Penjaminan Mutu Dalam Pendidikan
Standar penjaminan mutu di dunia pendidikan dapat kita bedakan menjadi 2, yakni:
1). Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Merupakan standar nasional sebagai tolak ukur minimal yang berlaku dalam lingkup wilayah lokal mencakup standar isi, standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Hal ini diatur oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
2). Standar Lain
Merupakan standar-standar lain yang perlu dipertimbangkan untuk diaplikasikan dalam dunia pendidikan misalnya ISO. ISO merupakan kepanjangan dari International Standardization Organization. Organisasi ini berkedudukan di Jenewa, Swiss. Latar belakang penerbitan sertifikat ISO ini adalah sebagai akibat dari pola perdagangan bebas yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang agar hanya produk-produk yang bermutu saja yang beredar di pasar sehingga konsumen tidak dibingungkan dengan banyaknya merek yang beredar. Untuk di Indonesia sertifikat ISO lebih dikenal dengan dengan istilah SNI (Standar Nasional Indonesia). Beberapa Standar ISO yang telah diberlakukan diantaranya adalah:
 ISO 9000/ SNI 9000
 ISO 14000
Contoh beberapa perguruan tinggi yang sudah mendapat sertifikasi ISO seperti, Universitas Widyatama (ISO: 9000: 2001), Universitas Negeri Yogyakarta.
Berikut bagan mengenai standar-standar penjaminan mutu.


Standar-standar tersebut pada dasarnya bertujuan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang cerdas dan kompetitif. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:






4. Tujuan Penjaminan Mutu
Tujuan kegiatan penjaminan mutu Menurut Yorke (1997), antara lain sebagai berikut:
1. Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan ber-kesinambungan melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan inovasi.
2. Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat clan dapat dipercaya.
3. Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar pesaing.
4. Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki.
Selain itu, tujuan dari diadakannya penjaminan kualitas (quality assurance) ini adalah agar dapat memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai sasaran masing-masing.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan Penjaminan Mutu dalam dunia pendidikan meliputi:
1) Memelihara dan meningkatkan mutu lembaga pendidikan secara berkelanjutan, yang dijalankan oleh suatu lembaga pendidikan secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya.
2) Untuk memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan pendidikan. Dalam arti, dengan adanya penjaminan mutu diharapkan para lulusan (output pendidikan) memiliki kualifikasi yang unggul sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat. Pencapaian tujuan penjaminan mutu melalui kegiatan penjaminan mutu yang dijalankan secara internal, akan dikontrol dan diaudit melalui kegiatan akreditasi yang dijalankan oleh BAN-PT atau lembaga lain secara eksternal.

5. Proses Penjaminan Mutu
Proses penjaminan mutu lembaga pendidikan merupakan kegiatan mandiri dari lembaga pendidikan yang bersangkutan, sehingga proses tersebut dirancang, dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah, dalam hal ini yakni Direktorat Jenderal Pendidikan, Depdiknas. Adapun dalam pelaksanaannya, setiap lembaga pendidikan memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain dalam hal ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan.
Mengenai posisi dan arti penting penjaminan mutu pendidikan, dapat dikemukakan bahwa di masa mendatang eksistensi suatu lembaga pendidikan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah, melainkan terutama tergantung pada penilaian stakeholders (siswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, guru/dosen, tenaga penunjang, serta pihak-pihak lain yang berkepentingan) tentang mutu lembaga pendidikan yang diselenggarakannya. Agar eksistensinya terjamin, maka setiap lembaga pendidikan baik yang formal maupun nonformal, negeri maupun swasta, mau tidak mau harus menjalankan penjaminan mutu terhadap layanan pendidikan yang diselenggarakannya.
Adapun hal yang perlu diperhatikan terkait dengan proses penjaminan mutu ialah kenyataan bahwa penilaian stakeholders senantiasa berkembang, maka penjaminan mutu juga harus selalu disesuaikan pada perkembangan itu secara berkelanjutan (continuous improvement). Oleh karena itu, untuk mencapai suistanable competitive advantage atau keunggulan bersaing yang terus-menerus, setiap lembaga pendidikan harus selalu melakukan perbaikan terhadap layanan pendidikannya. Bahkan jika perlu harus ada inovasi pendidikan yang mampu memberikan brand terhadap layanan jasa yang diberikan sehingga tiap lembaga pendidikan memiliki ciri khas masing-masing.
Sistem Penjaminan Mutu sendiri pada prinsipnya adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait secara sistematis untuk peningkatan mutu output hasil produksi secara berkelanjutan yang dimanifestasikan dalam bentuk siklus kegiatan penjaminan mutu. Dalam dunia pendidikan output hasil produksi berarti lulusan/ keluaran(Alumni).

6. Tahapan-tahapan dalam Proses Penjaminan Mutu
Untuk memahami proses pejaminan Mutu secara Komprehensif berikut akan diuraikan tahapan-tahapan dalam proses Penjaminan Mutu. Penjaminan mutu lembaga pendidikan dijalankan melalui tahap-tahap yang dirangkai dalam suatu proses sebagai berikut :
1) lembaga pendidikan menetapkan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2) Penjabaran setiap visi menjadi serangkaian standar mutu.
3) Standar mutu dirumuskan dan ditetapkan dengan meramu visi lembaga pendidikan (secara deduktif) dan kebutuhan stakeholders (secara induktif). Sebagai standar, rumusannya harus spesifik dan terukur yaitu mengandung unsur ABCD (Audience, Behavior, Competence, Degree).
4) lembaga pendidikan menetapkan organisasi dan mekanisme kerja penjaminan mutu.
5) lembaga pendidikan melaksanakan penjaminan mutu dengan menerapkan manajemen kendali mutu.
6) lembaga pendidikan mengevaluasi dan merevisi standar mutu melalui benchmarking secara berkelanjutan.

7. Manajemen Kendali Mutu
Penjaminan mutu pendidikan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pendidikan. Kaizen dalam bahasa Jepang berarti “perbaikan secara terus menerus”. Jadi fungsi manajemen kendali mutu dalam pendidikan adalah untuk mengendalikan mutu pendidikan agar senantiasa berkembang ke arah yang lebih baik.

8. Strategi Penjaminan Mutu
Strategi penjaminan mutu pendidikan di Indonesia adalah:
1) Direktorat Jenderal Pendidikan, Depdiknas menetapkan Pedoman Penjaminan Mutu pendidikan.
2) lembaga pendidikan menggalang komitmen untuk menjalankan penjaminan mutu pendidikan yang diselenggarakannya
3) lembaga pendidikan memilih dan menetapkan sendiri standar mutu pendidikan yang diselenggarakannya.
4) lembaga pendidikan menetapkan dan menjalankan organisasi berserta mekanisme kerja penjaminan mutu pendidikan sebaik mungkin.
5) lembaga pendidikan melakukan benchmarking mutu pendidikan secara berkelanjutan, baik ke dalam maupun ke luar negeri.

9. Strategi Menciptakan Lembaga Pendidikan Yang Memiliki Superior Performance




Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa pengembangan ilmu yang diberikan suatu lembaga pendidikan harus sesuai dengan tuntutan bisnis yang berkembang saat ini, sehingga apa yang diajarkan serta lulusan dari lembaga pendidikan tersebut dapat direspon oleh perusahaan

10. Pelaksanaan Penjaminan Mutu
Agar penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan dapat dilaksanakan, maka terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar pelaksanaan penjaminan mutu tersebut dapat mencapai tujuannya. Prasyarat tersebut mencakup:


1. Komitmen
Para pelaku proses pendidikan tinggi di suatu, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, lembaga pendidikan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan yang diselenggarakannya. Tanpa komitmen ini di semua lini organisasi suatu, niscaya penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut akan berjalan tersendat, bahkan mungkin tidak akan berhasil dijalankan.
2. Perubahan Paradigma
Paradigma lama penjaminan mutu, yaitu mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan akan dapat dipelihara serta ditingkatkan apabila dilakukan pengawasan atau pengendalian yang ketat oleh pemerintah ( Depdiknas). Hal ini harus diubah menjadi suatu paradigma baru. Yakni bahwasannya lembaga pendidikan harus menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya meskipun pemerintah tidak melakukan pengawasan.
3. Sikap Mental
Harus diakui bahwa sebagian besar lembaga pendidikan di Indonesia menyelenggarakan pendidikan tanpa didahului dengan perencanaan yang matang.
Kalaupun terdapat perencanaan, pada umumnya bukanlah karena kebutuhan, melainkan karena persyaratan perijinan atau akreditasi. Sikap mental semacam itu harus diubah pada suatu sikap mental baru, yaitu rencanakanlah pekerjaan anda dan kerjakanlah rencana anda (plan your work and work your plan).
4. Pengorganisasian
Pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan di suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan dari/di lembaga pendidikan tersebut. Faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian dalam pengorganisasian penjaminan mutu pendidikan adalah bahwa pengorganisasian tersebut harus mampu menumbuhkan kesepahamantentang penjaminan mutu pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, yang pada gilirannya akan menumbuhkan sikap suportif dari seluruh komponen di lembaga pendidikan itu terhadap upaya penjaminan mutu pendidikan tinggi.





LATIHAN
1. jelaskan mengapa manajemen penjaminan mutu itu penting?
2. Gambarkan dan jelaskan bagan mengenai pentingnya penjaminan mutu bagi pendidikan dalam konteks persaingan global?
3. Sebutkan dan jelaskan tahapan-tahapan dalam proses penjaminan mutu di lembaga pendidikan?
4. Sebutkan dan jelaskan tujuan kegiatan penjaminan mutu menurut Yorke (1997)?
5. Sebutkan definisi penjaminan mutu menurut para ahli?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN
Jawaban dikumpulkan paling lambat tanggal 18 januari 2010 ke alamat uth_thea_ghurabah@yahoo.com dengan format sebagai berikut:
1. Diketik rapih spasi 1.5 huruf times new roman ukuran 12 kertas ukuran A4.



















RANGKUMAN
Secara umum, penjaminan mutu dapat didefinisikan sebagai proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan dan percaya dengan kualitas produk yang ditawarkan.
Suatu lembaga pendidikan dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila :
1) lembaga pendidikan tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif)
2) lembaga pendidikan tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholder (aspek induktif) berupa:
a. kebutuhan kemasyarakatan (societal needs);
b. kebutuhan dunia kerja (industrial needs);
c. kebutuhan profesional (professional needs).
Standar penjaminan mutu di dunia pendidikan dapat kita bedakan menjadi 2, yakni:
1). Standar Nasional Pendidikan (SNP)
2). Standar Lain
Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan Penjaminan Mutu dalam dunia pendidikan meliputi:
1. Memelihara dan meningkatkan mutu lembaga pendidikan secara berkelanjutan
2. menghasilkan lulusan dengan kualifikasi yang unggul sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat.
Proses penjaminan mutu lembaga pendidikan merupakan kegiatan mandiri dari lembaga pendidikan yang bersangkutan, sehingga proses tersebut dirancang, dijalankan, dan dikendalikan sendiri oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan tanpa campur tangan dari Pemerintah. Dimana, dalam pelaksanaannya, setiap lembaga pendidikan memiliki spesifikasi yang berlainan, antara lain dalam hal ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan.
Tahapan-tahapan dalam Proses Penjaminan Mutu
1) penetapaan visi dan misi lembaga pendidikan yang bersangkutan.
2) Penjabaran setiap visi menjadi serangkaian standar mutu.
3) perumusan standar mutu
4) penetapan organisasi dan mekanisme kerja penjaminan mutu.
5) penerapan manajemen kendali mutu.
6) evaluasi dan revisi standar mutu melalui benchmarking secara berkelanjutan.
Agar pelaksanaan penjaminan mutu dapat mencapai tujuannya, diperlukan:
1. komitmen
2. perubahan paradigma
3. sikap mental
4. pengorganisasian

Penjaminan mutu pendidikan dapat diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pendidikan



















TES FORMATIF
1. Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam Proses Penjaminan Mutu, kecuali:
a. Penjabaran setiap visi
b. perumusan standar mutu
c. pemilihan pemimpin organisasi
d. evaluasi dan revisi
e. penetapaan visi dan misi
2. Yang bukan termasuk prasyarat suksesnya pelaksanaan mutu adalah faktor...
a. sikap mental
b. perubahan paradigma
c. komitmen
d. pengorganisasia
e. pengelompokkan
3. Makna huruf C pada model PDCA adalah..
a. Character
b. Check
c. Chemistry
d. Contextual
e. Coridor
4. Yang dimaksud dengan Superior Performance adalah...
a. Pertunjukkan suatu lembaga pendidikan
b. Pameran pendidikan untuk sosialisasi acara-acara pendidikan
c. Nilai pasar yang berkembang saat itu
d. Performa standar pendidikan sehingga bisa mengetahui kekurangan-kekurangan
e. Nilai lebih yang dimiliki oleh suatu produk sehingga bisa menguasai pasar
5. Yang dimaksud dengan Suistanable Competitive Advantage adalah...
a. Keunggulan bersaing
b. Keunggulan pesaing
c. Para persaing
d. Kontinuitas keunggulan bersaing
e. Persaingan ketat


6. Pengorganisasian penjaminan mutu di suatu lembaga pendidikan tergantung pada hal-hal berikut, kecuali...
a. Ukuran dan struktur organisasi
b. sumber daya yang dimiliki
c. Ideologi yang di anut
d. visi dan misi,
e. sejarah, dan kepemimpinan
7. Agar education superior performance dapat dicapai, sebuah lembaga pendidikan harus memiliki...
a. stake hoder satisfication
b. trust and confidence
c. competitove of advantage
d. center of business
e. jawaban a dan b benar
8. isi dari standar nasional pendidikan mencakup hal-hal dibawah ini kecuali:
a. Standar isi
b. Standar kompetensi lulusan
c. Standar pembiayaan
d. Standar pengelolaan pendidikan
e. Standar keamanan
9. definisi penjaminan mutu pendidikan adalah....
a. Proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis agar semua pihak mendapat kepuasan
b. Proses penetapan dan pembuatan standar pendidikan agar diperoleh keputusan bersama yang nantinya bisa memenuhi kebutuhan stakeholder
c. Proses perencanaan dan penetapan standar mutu pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis agar semua pihak mendapat kepuasan
d. Proses perumusan dan perancangan model pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis agar semua pihak mendapat kepuasan
e. Proses perencanaan dan perancangan pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, dan sistematis agar semua pihak mendapat kepuasan
10. Suatu lembaga pendidikan dinyatakan bermutu atau berkualitas, apabila lembaga pendidikan tersebut...
a. menghasilkan laba
b. memiliki gedung bertingkat
c. pernah masuk tv
d. memiliki visi dan misi yang bagus
e. mampu mencapai visi dan misinya



























GLOSARIUM
Superior Performance: performa diatas rata-rata / nilai lebih suatu produk atau jasa yang membuat nama produ/ jasa tersebut menguasai pasar.
Customer Requirement Diversity: permintaan akan kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda
Suistanable Competitive Advantage : keunggulan bersaing yang terus-menerus,
Continuous improvement: perkembangan itu secara berkelanjutan
Stakehoder Satisfication: kepuasan stakeholder
Trust and Confidence: kepercayaan konsumen pada perusahaan
Competitine Advantage: keunggulan bersaing
Center Of Excellent: pusat dari kesempurnaan
Positional Advantage: keuntungan posisi
Kaizen mutu: perbaikan mutu secara terus-menerus




















Daftar pustaka

Alma, Buchari. 2008. Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta
www.kopertis.menado.org
http://www.ugm.ac.id/downloads/siklus-kjm.pdf
http://uharsputra.wordpress.com/manajemen-mutu/konsep-penjaminan-mutu/
http://www.kopertis4.or.id/Pages/data%202006/akreditasi/PEDOMAN/Penjamin%20Mutu%202.pdf

Senin, 04 Januari 2010

pengertian kurikulum

2.1 Pengertian Kurikulum
Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin, curere, yaitu track yang digunakan dalam balap kereta kuda. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Saat ini pengertian tersebut diadopsi dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subjek) yang harus ditempuh oleh seorang sisiwa dari awal (tingkatan pertama/dasar) sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan berupa ijazah.
Dari pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal pokok, yaitu:
1) Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
2) Tujuan utamanya adalah memperoleh ijazah
Istilah ini kemudian dipopulerkan oleh John Franklin Bobbit dalam bukunya yang berjudul “The Curriculum” yang diterbitkan pada tahun 1918 (http://en.wikipedia.org/wiki/Curriculum). Menurut Bobbit, kurikulum merupakan suatu naskah panduan mengenai pengalaman yang harus didapatkan anak-anak agar menjadi orang dewasa yang seharusnya. Oleh karena itu kurikulum merupakan kondisi ideal dibandingkan kondisi real. Kurikulum diibaratkan sebagai “jalur pacu” atau “kendaraan” untuk mencapai tujuan pendidikan dan kompetensi lulusan.
Kata kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lampau. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh di katakan baru menjadi populer sejak tahun 50-an, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang diluar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran”. Pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya “Curriculum Development, Theory and Practice” mengartikan kurikulum sebagai “A plan for learning”, yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum seutuhnya, langkah baiknya jika kita mengetahui definisi kurikulum menurut para ahli. Di bawah ini adalah sejumlah definisi dari berbagai ahli kurikulum:
Nama ahli Tahun Keterangan
Hollis L. Caswell dan Doak S. Campbell 1935 …seluruh pengalaman yang dimiliki siswa dibawah bimbingan para guru
Robert M. Hutchins 1936 Kurikulum sebaiknya mencakup grammar (tata bahasa), kegiatan membaca, retorika dan logika serta matematika juga pada tingkat menengah mengenalkan buku-buku hebat mengenai dunia Barat.
Pickens E. Harris 1937 …pengembangan kurikulum nyatanya bergantung pada individu. Kurikulum juga berganda karena ada guru-guru dan siswa yang terpisah...Akan ada kurikulum bagi setiap anak.
Henry C. Morrison 1940 ….berisi petunjuk tanpa mengacu pada langkah instruksional atau media nya
Dorris Lee dan Murray Lee 1940 …berbagai pengalaman siswa yang difasilitasi sekolah dengan berbagai cara atau dipengaruhi sekolah
L.Thomas Hopkins 1941 Kurikulum [adalah rancangan yang dibuat] oleh orang-orang yang sangat peduli akan kegiatan hidup anak-anak ketika mereka berada di sekolah... sebuah kurikulum haruslah bersifat fleksibel terhadap hidup dan kehidupan. Kurikulum tidak dapat dibuat terlebih dahulu lalu diberikan pada murid dan guru untuk digunakan [Juga, itu]…mewakili pembelajaran yang dipilih, diterima, dan disertakan bagi tiap siswa untuk bertindak di, dalam dan sesuai dengan, urutan pengalaman.
H.H.Giles, S.P.McCuthen, dan A.N.Zecchiel 1942 …Kurikulum adalah...seluruh pengalaman yang diberikan sekolah dalam mendidik generasi muda
Harold Rugg 1947 [Kurikulum adalah] … arus aktifitas yang terpandu yang mendasari hidup para pemuda [pada buku-buku terdahulu, Rugg mengemukakan penolakan nya terhadap kurikulum tradisional sebagai sebuah”…kurikulum yang melampaui gambaran kebudayaan terdahulu dan mengabadikan bahasa yang punah serta teknik abstrak yang berguna bagi tak lebih dari sebagian masyarakat kita yang awam.”]
Ralph Tyler 1949 …pembelajaran terjadi melalui pengalaman yang dimiliki pelajar...”Pengalaman belajar”…[kurikulum mencakup]…seluruh pembelajaran siswa yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan kependidikan nya.
Edward A. Krug 1950 …seluruh pengalaman belajar dibawah arahan sekolah
B.Othanel Smith W.O. Stanley, dan J.Harlan Shores. 1950 …rangkaian pengalaman potensial...diatur di sekolah dengan tujuan untuk mendisiplinkan sekelompok anak-anak dan pemuda dalam tatacara berpikir dan bertindak.
Roland B.Faunce dan Nelson L.Bossing 1951 …Pengalaman belajar tersebut penting bagi seluruh pelajar karena itu datang dari (1)masyarakat kita, desakan pribadi, dan kebutuhan serta (2) kebutuhan sosial dan sipil kita sebagai bagian dari anggota masyarakat demokratis.
Authur E.Bestor 1953 Keadaan ekonomi, politik, dan spiritual sebuah negara demokratis…menuntut seluruh pria dan wanita agar menguasai sejumlah keterampilan kompleks yang didasari disiplin ilmu sains, sejarah, ekonomi, filsafat...yang telah menjadi, jargon para...ahli pendidikan,”subyek permasalahan bidang ilmu.” Tetapi sebuah disiplin ilmu tidak serta-merta setara dengan subyek permasalahan bidang ilmu. Salah satunya adalah cara berpikir, yang lainnya hanyalah pengumpulan fakta.
Harold Alberty 1953 Seluruh aktivitas yang disediakan untuk para siswa oleh sekolah. Sekolah membuat kurikulum nya.
George Beauchamp 1956 …rancangan kelompok sosial untuk pengalaman edukasional bagi anak-anak mereka di sekolah. [Dr.Beaucahamp mengemukakan penekanan dalam perkembangan dalam kelompok menjelang tahun 1950an].
Philip H.Phenix 1962 Kurikulum sebaiknya mencakup seluruh pengetahuan dari disiplin tertentu [sementara] pendidikan sebaiknya dipahami sebagai rekapitulasi yang terpandu dari proses keingintahuan yang menentukan keberhasilan bagian ilmu pengetahuan yang terorganisir serta terdiri dari disiplin-disiplin yang telah ditetapkan.
HildaTaba 1962 Sebuah kurikulum adalah sebuah rencana untuk pembelajaran; oleh karena itu, apa yang diketahui mengenai proses pembelajaran dan pengembangan individu berperan dalam pembentukan kurikulum.
John I. Goddiad 1963 Sebuah kurikulum mencakup seluruh pembelajaran ditujukan bagi siswa atau kelompok siswa
Harry S. Broudy , B. Othanel Smith, dan Joe R. Burnett 1964 …jenis pengajaran bukanlah, hanya kegiatan berbicara , bagian dari kurikulum [yang] sebagian besar mencakup berbagai macam isi yang terorganisir menjadi sekelompok petunjuk.
J. Galen Saylor dan William M. Alexander 1966 dan 1974 [kurikulum adalah]…seluruh kesempatan belajar yang diberikan oleh sekolah ... sebuah perencanaan yang menyajikan rangkaian kesempatan belajar untuk mencapai tujuan umum pendidikan dan tujuan khusus yang berkaitan dalam identifikasi populasi oleh sebuah institusi (sekolah).
The Plowden Report (British) 1967 Kurikulum , dalam pengertian sempit , [terdiri dari] subyek yang dipelajari...pada periode 1898 sampai 1944...
Mauritz Johnson, Jr. 1967 …kumpulan hasil pembelajaran berstruktur yang telah ditentukan.
WJ.Popham dan Eva L. Baker 1970 …seluruh hasil pembelajaran yang terencana atas tanggungjawab sekolah.
Daniel Tanner dan Laurel Tanner 1975 …pengalaman belajar yang terencana dan terpandu serta hasil belajar yang terarah, dirumuskan melalui rekonstruksi ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sistematik dibawah pertolongan sekolah, untuk keberlanjutan pelajar dan akan berkembang penuh pada kompetensi sosial pribadi.
Donald E. Orlosky dan B. Othanel Smith 1978 Kurikulum adalah bagian dari program sekolah. Kurikulum berisi apa yang diharapkan pada siswa dalam pembelajaran.
Peter F. Oliva 1982 Kurikulum adalah rencana atau program untuk semua pengalaman yang dihadapi siswa dibawah arahan sekolah.


Selain pengertian-pengertian diatas ada pengertian lain mengenai kurikulum, diantaranya:

1. J. Galeh Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and Learning (1956) menyebutkan bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Kurikulum juga meliputi apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
2. B. Othanel Smith, W.O. Stanly dan J. Harlan Shores (1950), memandang kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakat.
3. J. Lloyd dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School Imrovement (1973) mengemukakan bahwa dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal hal struktural mengenai waktu jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
4. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran. Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
5. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.

gaya kepemimpinan

C.5 Gaya kepemimpinan dan dasar kekuatan kepemimpinan

Gaya kepemimpinan menurut G.R Terry, yaitu:

1. Tipe Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)

· Tipe kepemimpinan seperti ini merupakan tipe kepemimpinan biasa dan umum, biasanya diterapkan dalam perusahaan skala kecil.

2. Tipe Kepemimpinan non pribadi (Non personal leadership)

· Pada tipe kepemimpinan seperti ini terdapat pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan.

3. Tipe Kepemimpinan otoriter (Autoritarium leadership)

· Tipe kepemimpinan Otoriter identik dengan sistem yang keras dan ketat. Dan biasanya ada sanksi-sanksi tegas untuk setiap pelanggaran peraturan.

· Ciri lainnya yaitu:

a. Kecenderungan menyamakan bawahan dengan alat perusahaan (robpt)

b. Berorientasi pada produksi

c. Mengabaikan peranan bawahan

d. Menuntut bawahan untuk menuruti setiap perintah

e. Pelaksanaan kebijakan dengan tegas dan kaku

4. Tipe kepemimpinan Demokratis (Democtratic Leadership)

· Pada tipe kepemimpinan ini terdapat kerjasama antara pihak atasan dan bawahan. Dan biasanya setiap individu mendapat pembagian kerja yang nantinya akan dipertanggungjawabkan dalam musyawarah atau rapat penutupan kegiatan.

5. Tipe kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership)

· Tipe kepemimpinan seperti ini bertindak layaknya seorang Bapak kepada anaknya dengan cara memberi pengayoman kepada anak buahnya.

6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (Indogenius leadership)

· Dalam tipe kepemimpinan seperti ini biasanya orang yang paling unggul dalam suatu bakat tertentu sesuai kelompok bakat tersebut akan menjadi pemimpin. Contohnya dalam kelompok belajar matematika, umumnya orang yang dinilai paling menguasai ilmu matematikalah yang ditunjuk sebagai ketua kelompok.

definisi kepemimpinan

C.1 Definsi Kepemimpinan
Kepemimpinan. Kata itu mungkin sering kita dengar. Tapi terkadang kita bingung untuk mendefinisikannya secara tepat. Bahkan ada beberapa orang yang belum tahu arti dari kepemimpinan itu sendiri. Berikut ada beberapa pendapat yang berkenaan dengan definisi kepemimpinan menurut pendapat para ahli:
1) Menurut Ralf Stogdil (1974)
Kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi kelompok yang terorganisir dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2) Menurut James H. Donelly
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, kegiatan yang merupakan fungsi dari karakter pribadi peimpin dan pengikut serta sifat-sifat situasi yang spesifik
3) Menurut Bedeian & Gullect Management (1983)
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi kegiatan kelompok atau individu menuju pencapaian tujuan perusahaan.
4) Menurut John A. Pearce dan Richard B. Robinson
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi yang lain untuk bekerja menuju pencapaian tertentu.
5) Menurut Manual F. M
Kepemimpinan adalah seni mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang sedemikian rupa sehingga memperoleh kesediaan, kepatuhan, kepercayaan dan kerjasama yang loyal dengan maksud menyelesaikan tugas.
6) Menurut John Maxwell
Kepemimpinan adalahsuatu kehidupan yang mempengaruhi orang lain.
7) Menurut Gibson at.al (1997)
Kepemimpinan merupakan suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya dalam mencapai suatu tujuan.
8) Menurut Panji Anoraga (2000)
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi aktivitas orang lain melalui komunikasi baik individual maupun kelompok kearah percapaian tujuan.
9) Menurut Komaruddin (1990)
Kepemimpinan merupakan seni koordinasi dan memotivasi orang-orang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:

Menghitung Laju Inflasi dengan berbagai Indeks Harga:

inflasi secara umum dapat didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus. adapun untuk mrnghitung laju inflasi dapat men...